Ini Data Jalur Trem di Tiga Kota Pulau Bangka, Mulai dari Jumlah Lokomotif sampai Panjang Rel
PETABANGKA.COM - Muntok boleh saja sebagai kota tertua di pulau Bangka dengan catatan sejarahnya yang gilang gemilang. Dari Muntok, kemudian ekspansi penambangan timah di bawah kolonial Belanda meluas hingga Jebus, Parit 3, lalu menyebrang ke Teluk Kelabat sampai di Belinyu berputar ke Sungailiat, Baturusa dan Pangkalpinang.
Pada tahap berikutnya ekspansi hingga ke Payung, Koba, Toboali. Dan Belanda menancapkan hegemoninya hingga pulau Lepar dan pulau Celagen di Pongok.
Lembah Belinyu, Deniang dan Sungailiat begitu menjanjikan bagi eskploitasi timah. Cadangan timah yang semakin mengarah ke pantai makin jauh dari pusat kota. Sutedjo Sujitno dengan detail mengambarkan ekspansi penambagan timah di pulau Bangka ini dalam bukunya Dampak Kehadiran Timah Indonesia Sepanjang Sejarah (2006).
Ternyata sejak dahulu kereta api merupakan alat angkut yang ditetapkan pemerintah Hindia-Belanda. Mereka menyebutnya Trem (Tram). Di pulau Bangka juga terdapat moda angkutan berupa trem, hal ini dapat diduga, karena hampir di setiap kota di pulau Bangka, seperti Pangkalpinang, Sungai liat terdapat nama Jalan Trem.
Penambangan timah menumbuhkan pusat permukiman baru, seperti Belinyu dan Sungailiat. Kemudian Pangkalpinang sebagai kantor utama perusahaan penambangan milik Belanda Bangka Tin Winning Bedrijf (BTW). Tercatat tahun 1896 kereta api digunakan di Belinyu untuk pengangkutan hasil tambang atau operasional tambang.
Pada akhir tahun 1800-an itu Sutedjo Sujitno mencatat jika sarana transportasi angkutan kereta api terdapat di Belinyu, Sungailiat, dan Pangkalpinang dengan panjang rel 86 kilometer dan jumlah lokomotif 19 unit untuk menarik 358 gerbong angkut. Perincian jumlah lokomotif yakni 5 unit di Belinyu, terbanyak di Sungailiat 14 unit, dan Pangkalpinang ada 8 unit.
Yuliandi menulis Kota Belinyu (Nostalgia sebuah kota kecil) : Jalan Trem di kotabelinyu.blogspot.com (2008) memaparkan jalur yang dilewati oleh kereta api di Belinyu.
Jalan Trem (Jalan Train/Jalan Rel) dibangun sebagai sarana transportasi orang dan barang yang menghubungkan Mantung dan Pelabuhan Berok. Dari Belinyu ke Mantung, trem ini juga membawa pekerja yang berangkat bekerja ke Mantung, sedang dari Mantung-Belinyu membawa timah batangan yang akan di eksport melalui Pelabuhan Berok.
Seperti diketahui, pada zaman Belanda, setiap Wilayah Produksi (Wilasi) Bangka Tin Minning, masing-masing memiliki Tambang/Parit, Unit Pencucian Pasir Timah dan Peleburan Timah di masing-masing daerah. Pada saat itu peleburan timah belum terpusat di Peleburan Timah Mentok (Pusmet).
Untuk Wilayah Produksi Belinyu, pasir timah dari tambang-tambang dicuci dan diturunkan kadar airnya (digoreng) di Wassrij (wash-dry) atau “Wasrei”, yang terletak di belakang Rumah Sakit Belinyu. Setelah itu di bawa ke Mantung menggunakan “kampil” (karung kecil) untuk dileburkan menjadi timah batangan di Rumah Peleburan Timah (yang disebut Rumah Puput). Hasilnya berupa timah batangan yang siap diexport .
Kembali ke Jalan Trem tadi, jalurnya dimulai dari Pelabuhan Berok, terus ke Kampung Gudang, Simpang Pahlawan-XII, terus ke Toko Anam, trus ke Simpang Bioskop Belia (dulu disebut Simpang Limo). Dari situ berbelok kiri, hingga ke Jl. Melati (kai mui=bhs Cina)). Melewati SMP Negeri-I terus ke lapangan sepak bola stadion hingga memotong Jl.Kartini (Bukit Penyep). Dari situ lurus menembus Jl.Cut Yak Dien (Bukit Juna) Terus hingga ke Air Terak di bawah Kantor Telekomunikasi Padang Nalang.
Sampai di sini, trem uap ini berbelok kiri melewati Jalur Transmisi Tegangan Tinggi 30 KVA, melewati sisi Padang Lalang hingga ke Pulau Pune, melewati Batu Dinding hingga ke tempat Peleburan, Rumah Puput di Mantung.
Ada beberapa tempat perhentian trem ini untuk mengangkut Pegawai yang bekerja di Mantung dan sekitarnya, salah satunya yaitu di pertigaan Jl.Pahlawan-XII. Di sinilah mereka menunggu trem untuk pergi bekerja dari kota Belinyu ke Mantung. Bahkan jalan trem di Belinyu menuju ke arah Pantai Bubus.
Peta Pulau Bangka yang tersimpan di Universitas Leiden Belanda tahun 1898 mengambarkan jalur kereta api di tiga kota utama pulau Bangka itu. Seperti yang dijelaskan oleh Yuliadi di Belinyu. Khusus Sungailiat jalur kereta api cukup panjang dengan pusat di eks kantor gudang bengkel timah Jalan Martadinata dekat Pasar Atas. Lalu jalur trem menyisir Jalan Muhidin kearah Air Anyut dan terpecah sebelum Sigambir ke arah Kudai hingga mendekati Dam Keramat di Pemali. Satu jalur lagi menyisir jalan Sinarjaya dan Jelutung, Ake ke arah pantai Bio dan berakhir di sekitar Air Hantu. Pada daerah yang dilewati trem, terdapat permukiman pegawai timah, seperti di Deniang, Ake, dan Deniang Laut.
Dalam kota Sungailiat, jalur dari eks bengkel dibangun jalan trem ke arah Kampung Nelayan menuju pelabuhan dan satu jalur lagi melewati kawasan Maria Goretti terus ke Gerasi lalu terpecah menuju arah Jelitik. Satu Jalur kearah Stasiun 12 hingga menuju tambang 23 lewat Parit Padang sebelum masuk Kenanga.
Jalur Kereta Api di Pangkalpinang dengan 8 loko berpusat di kawasan sekitar Jalan Syafrie Rachaman menuju pelabuhan Pangkalbalam dengan menyisir Jalan Trem belakang Pasar Pembangunan, Opas berbelok ke Sumber Rejo Ampui hingga Pangkalbalam.
Jalur berikutnya dari pusat kota, menuju Semabong hingga sampai sekitar Desa Jeruk di Pangkalan Baru tanpa menyisir Jalan Koba. Dan ke arah Sungaiselan mulai dari dekat Kampung Bintang menyisir Jalan Tonny Wen terbagi dua di sekitar Jalan Jelutung satu ke arah Sungaiselan berakhir sebelum Desa Terak satunya lagi ke arah Kace berakhir di sekitar Terminal Jalan Mentok tak jauh dari Kolong Nangka.
Tahun 70 hingga 80an, masih tersisa sebagian rel trem ini. Itupun sudah terbenam di dalam tanah. Saat ini mungkin, sudah tidak ada bekasnya, keculi kepala lokomotif yang terparkir di depan Pintu Museum Timah Indonesia di Jalan Ahmad Yani Pangkalpinang. Loko ini sebagai pengingat, era penjajahan Belanda di Pulau Bangka, Kereta Api pernah ada baik untuk angkutan barang maupun orang yang berkepentingan dengan tambang timah. (*)
Gambaran jalur trem uap di Belinyu pada peta pulau Bangka tahun 1898. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Gambaran jalur trem uap di Belinyu pada peta pulau Bangka tahun 1898. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Gambaran jalur trem uap di Pangkalpinang pada peta pulau Bangka tahun 1898. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Gambaran jalur trem uap di Pangkalpinang pada peta pulau Bangka tahun 1898. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Gambaran jalur trem uap di Sungailiat pada peta pulau Bangka tahun 1898. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Gambaran jalur trem uap di Sungailiat pada peta pulau Bangka tahun 1898. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Potret sebuah trem di sebuah pemukinan Tionghoa di Sungailiat tahun 1914.collectie.wereldculturen.nl/repro petabangka.com 2019. |
Penulis : Albana
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabangka.com