Guru Bebs dan Seorang Dokter Tjo Lian Shin Lulusan ELS Belinyu
PETABELITUNG.COM - Dokumentasi tentang pendidikan di Bangka era kolonial Belanda masih sangat minim. Bangka sebagai Residen berpusat di Pangkalpinang setelah pindah dari Muntok tahun 1912 hingga tahun 1930 hanya ada sekolah setingkat pendidikan dasar Europeesche Lagere School (ELS). Itupun peruntukannya bagi anak-anak keturunan Eropa atau para petinggi pribumi.
Potret dunia pendidikan di Bangka salah satunya dibuktikan dengan foto-foto tahun 1935 seorang guru (Onderwijzeres) bernama Babs asal Belanda.
Dia merekam dengan kamera kegiatan perjalannnya ke sekolah di Hindia Belanda. Termasuk Belinyu, salah satu kota yang dia singgahi tahun 1936.
Onderwijzeres Bebs, sosok wanita bersama rombongan melakukan perjalanan dari Nederland tahun 1931 menyinggahi beberapa kota di Hindia Belanda (Indonesia) diantaranya 1931 ke Padang Sumatera Barat, Yogyakarta, dan tahun 1936-1936 di Belinyu, Bangka.
Dari Belinyu, dia melanjutkan perjanan ke Batavia tahun 1937. Sama seperti kunjungan ke beberada daerah di Inodoensa, Onderwijzeres Bebs mendatagi beberapa sekolah di Depok, Bogor, hingga Bandung.
Foto koleksi Onderwijzeres Bebs dari https://digitalcollections.universiteitleiden.nl diantarnya saat dia berada di Pantai Teluk Klabat dengan latar belakang Laut Cina Selatan (1936). Foto-foto lainnya saat Onderwijzeres Bebs bersama murid dan staf pengajar dari sebuah sekolah di Belinyu. Hanya tiga foto tersebut saat berada di Belinyu. Setelah itu foto Guru Babs dalam perjalanan dari Belanda ke Hindia Belanda menumpang kapal tahun1937.
Soal pendikan sejak zaman penjajahan, pendidikan formal seperti di sekolah sudah hadir di Indonesia. Tingkatannya pun beragam. Mulai sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas hingga sekolah kejuruan dan kedokteran. Namun sampai tahun 1903 sekolah formal masih dikhususkan bagi warga Belanda di Hindia Belanda. Sekolah yang ada pada masa itu diantaranya ELS, HIS, HCS, MULO, AMS.
Tak semua jenjang pendidikan ini didirikan di seluruh Indonesia. Hingga tahun 1930, sekolah lanjutan atas hanya ada di ibukota provinsi di Indonensia dan kota besar di kabupaten di Pulau Jawa.
Sebagai bukti jika di Belinyu sudah ada ELS dengan seorang lulusannya yang pernah menjadi Direktur Rumah Sakit Sumber Waras Jakarta Tahun 1960 bernama Tjo Lian Shin. Tjo Lian Shin lahir di Belinyu tahun 1908. Dia merampungkan pendidiknanya di ELS Belinyu. Lalu melanjutkan pendidikan umum HBS di Batavia (Jakarta). Lulus HBS, Tjo melanjutkan ke Falkutas Kedokteran di Amsterdam, Belanda. Lulus dari kedokteran di menetap di Tegal, Jawa Tengah sebagai dokter menggantikan dr Siem Kie Ay.
Tahun 1960 Tjo Lian Shin menjadi direktur Rumah Sakit Sumber Waras di Grogol Jakarta Barat. Sempat ke luar negeri dan kembali ke Jakarta hingga meninggal tahun 1970 (sumber Tokoh-tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia Oleh Sam Setyautama, Kepustakaan Popuer Gramedai 2008).
Di Pulau Bangka tahun 1903 sudah didirikan ELS (Europeesche Lagere School) adalah sekolah dasar menggunakan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Awalnya hanya terbuka bagi warga Belanda di Hindia Belanda. Sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang mampu dan warga Tionghoa.
Setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah HIS dan ELS maka kembali dikhususkan bagi warga Belanda saja. Sekolah khusus bagi warga pribumi kemudian dibuka pada tahun 1907 (yang pada tahun 1914 berganti nama menjadi (Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sementara sekolah bagi warga Tionghoa, Hollandsch-Chineesche School (HCS) dibuka pada tahun 1908.
Belinyu pernah melahirkan sosok Tjo Lian Shin. Sekolah Europeesche Lagere School (ELS), tergolong elite. ELS adalah sekolah dasar prestisius yang diperuntukkan bagi anak-anak Eropa. Anak-anak bumiputra juga ada, tapi dari golongan pembesar. Selain dua golongan itu, anak-anak indo atau blasteran Eropa-pribumi juga diterima di sekolah itu.
Masuk ELS yang sejatinya diperuntukkan bagi anak-anak Belanda itu bukan cuma masalah prestise di mata masyarakat. Dengan masuk ELS, seorang anak punya peluang masuk sekolah menengah macam HBS. Jika lulus HBS, maka bisa masuk universitas lebih cepat dibanding anak HIS yang masuk MULO lalu masuk AMS dahulu. ELS menentukan masa depan seorang anak. Dengan ijazah ELS, bahkan berijazah sekolah dasar macam HIS saja, seseorang berpeluang untuk jadi sersan KNIL yang gajinya lebih tinggi dari guru swasta.
Tjo Lian Shin, cukup beruntung menyelesaikan ELS di Belinyu hingga meraih ijazah dokter dari Amsterdam. Tidak banyak putra kelahiran Belinyu, nahkan Bangka sekalipun pada era kolonial mampu meraih pendidikan tinggi. (*)
Guru Onderwijzeres Bebs di pulau Bangka tahun 1936. Foto Kiri di Belinyu, dan foto kanan di Pantai Teluk Klabat. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Guru Onderwijzeres Bebs berfoto bersama guru-guru di Belinyu tahun 1936. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Penulis : Albana
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber: petabangka.com