Indahnya Foto Udara Kota Muntok 98 Tahun Silam, Lihat Betapa Lebatanya Hutan Menumbing dan Asrinya Wisma Ranggam
PETABANGKA.COM - Potret udara oleh Divisi Penerangan Tentara Kerjaan Hindia Belanda mengambil beberapa gambar Kota Muntok, Bangka Barat yang pernah menjadai pusat pemerintahan sekaligus pusat penambangan timah di Pulau Bangka. Foto-foto kota Muntok tahun 1931 itu tersimpan di Museum Leiden yang sekarang bisa dinikamti di https://digitalcollections.universiteitleiden.nl.
Dari sisi tempat, objek yang di foto tak banyak mengalami perubahan secara fungsinya. Tanjung Kalian tetap lah sebuah pantai dengan ikon mercusuarnya. Lalu Pasar dan Pelabuan lama Muntok tetap menjadi pelabuhan sampai saat ini. Hanya saja sekitar pasar dan pelabuahan adalah permukiman warga Tionghoa.
Wisma Ranggam di foto tahun 1931 masih menunjukan lingkungan yang asri dengan rimbunnya pepehonan. Bangunan dibangun perushaan penambangan timah Belanda (Banka Tin Winning) tahun 1827 dengan nama Pasanggrahan te Muntok (Pasanggrahan Muntok). Bangunan berbahan kayu dan papan diubah Belanda tahun 1890 menggunakan batu dan semen, tanpa mengubah arsitektur aslinya, karya Y Lokalo berfungsi sebagai tempat penginapan para pejabat Belanda maupun perusahaan penambangan. Tahun 1948-1949 Pasanggrahan Muntok ini sebagai tempat pengasingan para pemimpin R, diantara adalah Presiden Soekarno.
Pasnggrahan Menumbing, Belanda menyebutnya Berghotel Menoembing bij Muntok ada di puncak Gunung Menumbing ketinggannya mencapi 400 meter di atas permukaan laut. Bangunan yang dikelilingi oleh lebatnya hutan sengaja di bangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda setelah Pasanggrahan Muntok. Diperkirakan tahun 1921, Hotel Menumbing ini baru digunakan oleh pejabat Belanda dan pejabat Banka Tin Winning. Di sini pula wakil Presiden Mohamad Hatta dan petinggi RI diasingkan tahun 1948-1949.
Selain foto udara tempat permukiman warga Tionghoa, foto itu juga memotret perkampungan Eropa. Letaknya persisi di tengah kota yang saat itu menjadi pusat penambangan timah di Bangka.
Kota Muntok dibangun pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Badarudin Jayawikrama (1721-1756 ) ditetapkan sebagai tempat pusat pemerintahan, kota ini semakin bertambah ramai serta mencapai kemajuan yang pesat. Muntok memegang kekuasaan pemerintahan serta urusan penambangan biji timah di Pulau Bangka. Mengingat hasil penambangan yang menjanjikan,didatangkanlah orang – orang Cina.
Pada tahun 1811 Inggris pernah menggantikan kedudukan Belanda di Palembang dan pasukan Inggris pun pernah ditempatkan di Muntok dimana mereka mendirikan gudang senjata yang dikenal dengan sebutan Gudang Kuning. Pada tahun 1816 terjadilah perjanjian antara Inggris dengan Belanda yang menetapkan tanah jajahan Inggris dan Belanda, termasuk Pulau Bangka diserahkan ke tangan Belanda oleh Inggris di Kota Muntok.
Perkembangan Muntok sebagai Pusat Kota ditandai dengan beberapa bangunan penting, diantaranya adalah eks Kantor Penambangan Timah Bangka di Muntok ( eks Kantor Wilasi ) yang dibangun pada tahun 1915. Awalnya gedung ini bernama Hoofdbureau Banka Tin Winning Bedriff sekaligus menjadi pusat pemerintahan ( residen ) Belanda di Pulau Bangka. Sekarang gedung ini telah menjadi Museum Timah Bangka Barat.
Seiring dengan makin ramainya aktivitas di pelabuhan Muntok dengan arus pendatang yang hilir mudik, maka pada tahun 1860 Belanda mendirikan satu fasilitas lagi berupa dermaga atau jembatan panjang kearah laut yang disebut Ujung Brug. Layaknya sebuah dermaga pada umumnya, jembatan Ujung Brug dimaksudkan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang di Muntok dan juga untuk memudahkan kapal – kapal besar Belanda untuk merapat di Muntok.
Dalam perkembangan Pemerintahan Hindia Belanda dikutip dari https://muntokvolunteers.wordpress.com, kota Muntok terbagi dalam klaster pemukiman masyarakat : Pemukiman Cina selain terletak di tengah kota juga terletak diantara Kampung Tanjung dan Kampung Teluk Rubiah. Bangunan kuno di kawasan Perkampungan Cina ini terlihat dengan adanya rumah, toko dan kios di pasar yang berarsitektur Cina serta kelentengnya.
Pemukiman Melayu, menjadi tiga sub klaster yaitu, Kampung Tanjung di sebelah barat, Kampung Teluk Rubiah disebelah timur serta Kampung Ulu disebelah utara. Dari ketiga sub klaster Melayu, pemukiman tertua Kota Muntok terletak di Kampung Tanjung. Kita dapat melihat jajaran bangunan tua berwujud rumah panggung khas perumahan suku melayu disana.
Klaster pemukiman Eropa, berada dibagian sebelah utara kedua perkampungan tersebut. Terletak di pusat kota serta jauh dari pantai. Klaster Pemukiman Eropa berada di bentang lahan paling tinggi diantara klaster pemukiman lainnya. Antara klaster pemukiman cina dengan sub klaster Kampung Tanjung dipisahkan oleh Sungai Muntok ( Sungai Ulu ).
Muntok juga terkenal dengan pelabuhan, yaitu Pelabuhan Penumpang di Tanjung Kalian yang dikelola oleh ASDP, Pelabuhan Barang dipasar yang dikelola oleh PELINDO, Dermaga Peltim milik PT. Timah.Tbk dan pelabuhan – pelabuhan sandar kapal nelayan yang tersebar diantaranya di Desa Pait Jaya, Teluk Rubiah dan Kampung Tanjung yang sudha lama dibangun.
Di pantai Tanjung Kalian dan Pantai Tanjung Ular terdapat mercu suar dengan arsitektur Inggris yang dibangun masing – masing pada tahun 1862 dan 1892 dalam masa penjajahan Belanda untuk kepentingan system navigasi pelayaran yang memasuki perairan Selat Bangka.
Di pantai Tanjung Kalian juga terdapat sebuah monument Peringatan Tragedi Kapal Vyner Brooke. Kapal yang mengangkut para pengungsi dan perawat dari Australia itu di bom dan ditenggelamkan oleh pesawat tempur Jepang pada tahun 1942, tepatnya di Karang Aji perairan Selat Bangka. (*)
Kampung Eropa tahun 1931. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Pesanggrahan Menumbing tahun 1931. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Wisma Ranggam tahun 1931. Leiden University Libraries Digital Collections/CC BY 4.0/repro petabangka.com 2019. |
Penulis : Albana
Editor : Wahyu Kurniawan
Sumber : petabangka.com